Pesawat terbang dengan sayap delta sering sekali dijumpai pada pesawat-pesawat berkecepatan tinggi karena memiliki karakteristik aerodinamika yang sangat baik pada kecepatan melebihi kecepatan suara (baca penjelasanya disini). Selain itu, karakteristik struktural dari sayap delta juga menguntungkan untuk melakukan manuver yang ekstrim karena kuat dan kaku.

Namun, tidak dapat kita pungkiri bahwa semua pesawat terbang bahkan yang didesain untuk kecepatan super sonic akan menghabiskan banyak waktu operasionalnya pada kecepatan dibawah kecepatan suara (subsonic), baik untuk take-off, landing, maupun manuver-manuver subsonic lainya. Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk dipelajari karakteristik aerodinamika sayap delta pada kecepatan subsonic.

Hal istimewa yang dimiliki sayap delta adalah karakteristik stall nya. Pada pesawat dengan bentuk (planform) biasa, stall terjadi pada sudut serang sekitar 15 derajat, sedangkan pada sayap delta, stall terjadi pada sudut serang hingga sekitar 35 derajat. Disamping itu kemiringan grafik lift terhadap sudut serang sayap delta jauh lebih kecil dari sayap biasa. Artinya, penambahan sudut serang tidak menambah gaya angkat secara signifikan. Kedua hal diatas membuat sayap delta sangat baik dalam manuver. Namun Kemiringan grafik lift terhadap sudut serang yang kecil mengakibatkan pesawat dengan sayap delta harus memiliki sudut serang ekstra pada saat take-off maupun landing. Sebuah contoh ekstrim, pesawat concorde memiliki moncong yang mengarah kebawah agar memudahkan pilot dalam melihat landasan saat take-off dan landing, hal ini diperlukan karena sudut serang ekstra yang telah dibahas sebelumnya.

concorde

Adapun bentuk planform sayap delta mengakibatkan “gulungan” aliran udara dari leading edge yang mengakibatkan aliran pusaran di atas sayap. Aliran pusaran ini cukup cepat dan terus bergulung sampai belakang dan menghasilkan vortex core (pusat pusaran) yang memiliki kecepatan sangat tinggi yang mana menghasilkan daerah dengan tekanan yang sangat rendah (Hukum Bernoulli). Daerah dengan tekanan rendah ini menghasilkan gaya angkat ekstra pada sayap.

delta-wing-vortex

Meskipun terjadi peningkatan lift yang signifikan dari fenomena aliran pusaran ini, namun tentu saja terjadi penambahan drag yang besar pula, sehingga nilai lift to drag ratio (L/D) dari sayap delta jauh lebih rendah dari planform sayap konvensional. Hal ini membuat sayap delta tidak menguntungkan untuk digunakan pada operasi terbang yang membutuhkan endurance yang lama. Namun, planform sayap delta tetap menjadi pilihan utama pada desain pesawat-pesawat tempur modern.

Salah satu metode yang paling mudah untuk menganalisis sayap delta adalah menggunakan computational fluid dynamics (CFD). Menggunakan CFD kita dapat dengan mudah “melihat” vortex core yang terjadi dengan detail meskipun fenomena tersebut cukup sensitif dilakukan pada wind tunnel atau water tunnel.

>>KLIK DI SINI UNTUK SIMULASI CFD PADA PESAWAT TERBANG!

By Caesar Wiratama