Untuk mendesain suatu misil atau roket, pertama-tama kita harus tahu termasuk kategori apakah misil yang kita desain tersebut. Secara umum kategori ini dibagi menjadi empat, yaitu AAM, SAM, ASM dan SSM. Mari simak urainya masing-masing berikut ini:

  1. Air-to-air Missile (AAM)

air to air

Air-to-air artinya adalah udara ke udara atau diluncurkan di udara untuk target yang berada di udara pula. Jenis misil ini biasanya dibawa oleh pesawat tempur untuk misi penyerangan pesawat musuh. Kategori misil ini secara umum berukuran kecil karena (1) kapasitas yang bisa dibawa oleh pesawat tempur adalah sedikit serta (2) jarak tempuh dari misil ini relatif pendek.

Karena kebutuhan jarak tempuhnya yang pendek tersebut, AAM biasanya adalah tipe boost-glide: Di dorong hingga kecepatan maksimum dengan daya dorong internal hingga mengenai target. Motor Solid-propelant paling sering digunakan untuk kategori AAM ini karena sederhana, kehandalan serta kemampuanya untuk di handle yang menarik. Namun, teknologi prepackaged-liquid sudah menggantikan beberapa dari penggunaan solid-propelant.

Permasalahan aerodinamika yang penting untuk dikaji adalah masalah interferensi aliran udara misil dengan pesawat pembawa misil tersebut. Hal ini akan menjadi sangat penting terutama untuk pesawat kecepatan tinggi dengan sayap dengan sudut sweep yang besar.

Kebutuhan manuver dari misil kategori AAM adalah yang paling tinggi, mengingat (1) kecepatan launching yang tinggi, (2) kecepatan terget yang tinggi dan bermanuver dan (3) waktu terbang yang relatif cepat untuk koreksi jalur terbang. Perlu diperhatikan juga bahwa desain manuver untuk ketinggian rendah akan berbeda dengan ketinggian yang tinggi.

2. Surface-to-air missile (SAM)

surface to air missile

Misil kategori ini didesain untuk menyerang pesawat terbang dari tanah. Untuk jarak yang relatif pendek, secara umum digunakan single-stage solid atau liquid state propelant. Untuk meningkatkan performa misil, biasa digunakan bost-sustainer trajectory. Untuk jarak yang lebih jauh, digunakan multistage propellant. Ram jet atau pendorong jenis air-breathing lainya juga terbukti secara ekonomis dan tidak terlalu berat untuk keperluan ini.

(untuk penjelasan mesin pendorong pesawat baca disini)

Sistem guidance pada SAM juga bervariasi tergantung kebutuhan jaraknya. Untuk jarak yang relatif pendek, guidance beam-riding atau inframerah sering kali digunakan. Adapun untuk jarak jauh digunakan homing atau terminal guidance system.

Kebutuhan manuver misil kategori SAM juga tergolong tinggi mengingat target adalah pesawat yang terbang rendah dengan kecepatan yang tinggi. SAM diluncurkan kearah vertikal.

3. Air-to-surface missile (ASM)

air to surface missile

Misil kategori ASM didesain untuk menyerang musuh di daratan berupa gudang senjata, tank, kapal atau kapal induk yang dibawa oleh pesawat tempur. Permasalahan launching ASM sama dengan yang telah dijelaskan pada kategori AAM. Kebutuhan manuver ASM tidak terlalu tinggi, karena target berada di daratan.

4. Surface-to-surface missile (SSM)

surface-to-surface missile

Misil SSM dapat digunakan untuk dua fungsi dalam peperangan.  Pertama sebagai penyerangan atau pembalas serangan jarak jauh, kedua sebagai pendukung perajurit daratan pada perang artillery. Kebutuhan manuver misil jenis ini tidak terlalu tinggi hingga sedang.

Jenis SSM yang khusus dapat diluncurkan bahkan dari bawah air.

Sumber: S.S. Chin. “Missile Configuration Design“. 1961. McGraw-Hill.

By Caesar Wiratama